“Penyakit
kencing manis atau diabetes melitus” banyak diidap orang Indonesia.
Seorang penderita diabetes mellitus memiliki kadar gula dalam darah yang
tinggi sehingga si penderita harus hati-hati dalam menerapkan pola
makan.
Dokter pun sering menganjurkan agar
penderita disiplin dalam mengonsumsi obat, berdiet, dan melakukan olah
raga, serta menjauhi stres. Banyak memang obat yang beredar di pasaran
untuk “mengobati” diabetes tersebut, namun sering harganya mahal, karena
bahan-bahannya haruslah diimpor. Bagaimana mau menjauhi stress jika
untuk membeli obat yang harganya selangit saja susah.
Beruntung, kini telah ditemukan obat
yang murah meriah dan dapat diperoleh dengan mudah. Di pasar-pasar
tradisional yang becek ketika hujan dan penuh debu saat musim kemarau,
“obat” ini bisa dengan mudah didapatkan.
Di supermarket-supermarket pun ada, tapi
kalau mau lebih murah memang lebih baik memilih di pasar tradisional.
Kalau malas bepergian, kita cukup menunggu tukang sayur yang lewat depan
rumah. Lalu “obat” apa yang murah meriah itu ? Buncis.
Ya, tepat. Tanaman yang buahnya mirip
kacang panjang, tapi lebih pendek dan gemuk itu ternyata mampu mengobati
penyakit diabetes melitus.
Hal tersebut terungkap dalam disertasi
Yayuk Andayani, yang telah mempresentasikan penelitiannya berjudul
“Mekanisme Aktivitas Antihiperglikemik Ekstrak Buncis pada Tikus
Diabetes dan Identifikasi Komponen Aktif” untuk memperoleh gelar doktor
di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, beberapa waktu lalu.
Dalam penelitiannya, Yayuk menggunakan
tikus putih sebagai binatang percobaan. Tikus putih berusia tiga bulan
itu oleh Yayuk diberi perlakuan induksi diabetes. Artinya, “dengan
sengaja” si tikus putih dibuat mengidap diabetes melitus. Sebelum
diinjeksi dengan diabetes, tikus tersebut telah diberi ekstrak buncis.
Ternyata dalam waktu 30 menit setelah “dengan sengaja” dibuat menderita
diabetes, tekanan gula darah tikus-tikus percobaan kembali normal, tanpa
mengalami penurunan pada tingkat hipoglikemik (di bawah kadar gula
normal-red.).
Timbul pertanyaan, apa sih “kesaktian”
buncis sehingga hanya dalam waktu ½ jam bisa menurunkan kadar gula dalam
darah hingga batas normal. Berdasar analisis Yayuk, di dalam buncis
terkandung zat yang dinamakan B-sitosterol dan stigmasterol. Kedua zat
inilah yang mampu meningkatkan produksi insulin.
Insulin adalah suatu hormon yang
dihasilkan secara alamiah oleh tubuh kita dari organ tubuh yang
dinamakan pankreas. Insulin berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam
darah. Seseorang mengalami diabetes mellitus bila pankreas hanya sedikit
menghasilkan insulin atau tidak mampu memproduksi sama sekali. Ternyata
dua zat tadi mampu merangsang pancreas untuk meningkatkan produksi
insulinnya.
Selain dua zat tadi, Yayuk memperoleh
data bahwa dari 100 gram ekstrak buncis terkandung karbohidrat 7,81%,
lemak 0,28%, protein 1,77%, serat kasar 2,07%, dan kadar abu 0,32 %.
Bagi dunia kedokteran dan farmasi,
penemuan Yayuk ini tentu bisa dijadikan referensi untuk membuat obat
diabetes dengan mengekstrak buncis. Tentunya banyak keuntungan yang
diperoleh, terutama bagi masyarakat, karena obat diabetes akan lebih
murah dan mudah didapat dengan banyaknya bahan yang tersedia.
Bagi masyarakat, terobosan Yayuk itu
bisa melegakan hati banyak orang pengidap diabetes melitus, khususnya
mereka dari kalangan tidak mampu. Cukup membeli sayur buncis dan
memakannya secara teratur, kadar gula dalam darah bisa turun. Manfaat
buncis lebih terasa bila dimakan sebagai lalapan. Kalau dimasak dalam
bentuk oseng-oseng dengan tambahan daging juga boleh.
Berbahagialah mereka yang kerap makan
lalapan buncis. Ternyata selain manis, buncis juga bisa mencegah dan
menghilangkan penyakit kencing manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar